Thursday 9 May 2013

SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA

A. PEMETAAN ANTARA SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA

Disini saya mencoba mendiskusikan kembali pemikiran-pemikiran pokok mengenai ketiga konsep di atas baik antara sumber belajar, media pembelajaran maupun alat peraga.
1. Sumber Belajar
Suatu pandangan yang keliru jika sumber belajar berarti di luar apa yang dimiliki guru, atau  siswa. Guru merupakan sumber belajar yang utama, yaitu dengan segala kemampuan, wawasan keilmuan, keterampilan dan pengetahuan yang luas, maka segala informasi pembelajaran dapat diperoleh dari guru tersebut. Siswa, siswa memiliki sejumlah variasi aktivitas belajar, pengalaman belajar, pengetahuan dan keterampilan, maka dalam konteks tertentu apa yang terdapat pada diri siswa apat dijadikan sebagai sumber belajar dalam mempelajari suatu pengalaman-pengalaman belajar yang baru.
Sumber belajar pada dasarnya banyak sekali baik yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah, sekitar sekolah bahkan di masyarakat, keluarga, di pasar, kota,desa, hutan dan sebagainya. Yang perlu dipahami dalam hal ini adalah masalah pemanfaatannya yang akan tergantung kepada kreativitas dan budaya mengajar guru atau pendidika itu sendiri.

Vernon S. Gerlach &  Donald P. Ely (1971) menegaskan pada awalnya terdapat jenis sumber belajar yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan,  serta aktivitas.

a. Manusia
Manusia dapat dijadikan sebagai sumber belajar, peranannya sebagai sumber belajar dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah manusia atau orang yang sudah dipersiapkan khusus sebagai sumber belajar melalui pendidikan yang khusus pula, seperti guru, konselor, administrator pendidikan, tutor dan sebagainya. Kelompok Kedua yaitu manusia atau orang yang tidak dipersiapkan secara khusus untuk  menjadi seorang nara sumber akan tetapi memiliki  keahlian yang mempunyai kaitan erat dengan program pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dokter, penyuluh kesehatan, petani, polisi dan sebagainya.

          Pembagian Manusia Sebagai sumber Belajar
b. Bahan
Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran. Baik pesan itu dikemas dalam bentuk  buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan sebagainya. Kelompok ini biasanya disebut dengan media pembelajaran. Demikian halnya dengan bahan ini, bahwa dalam penggunaannya untuk suatu proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi du akelompok yaitu bahan yang didesain khusus untuk pembelajaran, dan ada juga bahan/media yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan materi pembelajaran yang relevan.
c. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar. Lingkungan ini juga di bagi dua kelompok yaitu lingkungan yang didesain khusus untuk pembelajaran, seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan  lingkungan yang dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan penyampaian materi pembelajaran, di antaranyai lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.
d. Alat dan perlengkapan
Sumber belajar dalam bentuk alat atau perlengkapan adalah alat dan perlengkapan yang dimanfaatkan untuk produksi atau menampilkan sumber-sumber belajar lainnya. Seperti TV  untuk membuat program belajar jarak jauh, komputer untuk membuat pembelajaran berbasis komputer, tape recorder untuk membuat program pembelajaran audio dalam pelajaran bahasa Inggris, terutama untuk  menyampaikan informasi pembelajaran mengenai listening (mendengarkan), dan sejenisnya.
e. Aktivitas
Biasanya aktivitas yang dapat diajdikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, di mana didalamnya terdapat perpaduan antara teknik penyajian dengan sumber belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar.  Seperti aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati, belajar tutorial, dan sejenisnya.

2. Media Pembelajaran
Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang terkandung , yaitu (a) pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan atau perangkat lunak, dan (b) alat penampil atau perangkat keras. Sebagaii contoh  guru akan mengajarkan  bagaimana urutan gerakan melakukan sholat. Kemudian guru tersebut menuangkan ide-idenya dalam bentuk gambar ke dalam selembar kertas, ia menggambarkan setiap gerakan sholat tersebut dalam kertas tersebut, saat di kelas ia menjelaskannya kepada siswa bagaimana gerakan sholat tersebut dengan cara memperlihatkan poster yang bergambarkan gerakan-gerakan yang telah ia buat sebelumnya. Kemudian siswapun melakukan gerakan sholati dengan apa yang terdapat dalam poster tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya poster ini termasuk ke dalam media sederhana.
Dalam perkembangannya dan pemanfaatannya media pembelajaran ini dapat dibagi berdasarkan jenisnya, daya liputnya, bahan pembuatannya, yaitu sebagai berikut :

                         Pembagian Jenis Media Pembelajaran
3. Alat Peraga
Kata kunci dalam memahami alat peraga dalam konteks pembelajaran adalah Nilai Manfaat , dalam arti segala sesuatu  alat yang dapat menunjang keefektifan dan efesiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi atau pesan pembelajaran.  Ada istilah lain dari alat  peraga ini, diantaranya sering disebut sebagai sarana belajar.
Sebagai ilustrasi, misalnya Pak Budi akan mengajarkan bagaimana gambar dalam televisi  bisa terlihat di layar, maka Pak Budi membawa televisi ke kelas, kemudian ia membukanya di depan kelas, kemudian menjelaskan satu-persatu fungsi dari masing-masing komponen televisi tersebut kepada siswa sehingga siswa memahami kenapa gambar terlihat pad alayar televisi. Dalam ilustrasi tersebut kedudukan televisi adalah sebagai alat peraga , bukan sebagai media
.
B. ESENSI DARI SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA.

Pada dasarnya baik sumber belajar, media maupun alat peraga memiliki esensi penting jika ketiganya diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Di mana esensi pentingnya adalah informasi. Jadi informasi yang terkandung, yang melalui, yang diolah, atau yang disampaikan, semuanya akan mempengaruhi  daya dukung keberhasilan ketiganya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dimaksud. Dengan kata lain ketiganya harus memperhatian karakteristik dari informasi itu sendiri, dalam hal ini Santoso S. Hamodjoyo (2001) menyatakannya,  yaitu:
•    Dimensi Accessibility ( Daya Jangkau/Akses Informasi)
Informasi yang terdapat, atau dimuat dalam sumber belajra, media dan alat mestinya memperhatikan daya jangkau. Hal ini  menjadi masukan bagi pendidikan bagaimana mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber belajara media dan alat peraga agar informasi pembelajaran dapat mencapai kualitas akses yang optimal.
•    Dimensi Speed (Kecepatan Informasi)
Penggunaan dan pemanfaatan sumber  belajar, media dan alat pera setidaknya harus mampu menambah atau membantu atau menjembatani karakteristik informasi yang cepat, akan tetapi mampu didengan cepat pula difahami oleh peserta didik dengan cepat pula.
•    Dimensi Amount (Jumlah/ Kuantitas Informasi)
Keluasan dan varisi informasi pembelajaran yang menyulitkan siswa untuk memahaminya, maka diperlukan pula sumber, media, dan alat peraga yang mampu menampungnya. Dengan demikian serumit apapun informasi pembelajran tertentu, maka dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan sumber belajar, media dan alat peraga yang mendukung, maka informasi tersebut akan bisa diterima peserta didik  dengan sistematis.
•    Dimensi Cognitive Effectiveness (Keefektifan Memperoleh Pengetahuan)
Informasi yang tepat, sesuai dengan objek yang dipelajari maka pencapaian pengetahuan yang dibutuhkan akan dengan efektif dicapai melalui pemanfaatan sumber belajar, media dan alat peraga. Kecenderungan informasi yang bersifat  kognitif akan kongkrit  dan lebih bermakna jika menggunakan sumber  belajar, media atau alat peraga yang kongkrit.
•    Dimensi Relevance (Kesesuaian Informasi)
Informasi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa akan lebih bermakna dan akan lebih lama tersimpan dalam memori peserta didik. Hal ini terutama akan cepat terwujud jika  informasi tersebut diperolehnya melalui pancaindera baik visual, pendengaran maupun perabaan. Dalam kaitannya dengan hal tersbeut, maka sumber belajar, media dan alat peraga yang digunakan perlu kiranya diperhatikan relevansinya.
•    Dimensi Motivating (motivasi )
Informasi  yang terlahir dari proses berpikir manusia akan memiliki latar belakang  kebutuhan untuk  keseimbangan berpikir. Jenis dan bentuk  informasi yang dikemas, atau yang terkandung dari sumber belajar, media, dan alat peraga akan mampu memberikan motivasi bagi peserta didik.

C.  PEMILIHAN  DAN PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA

Agar  sumber belajar, media dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat mendukung pencapaian kualitas pembelajaran, maka perlu diketahui beberapa patokan, acuan, kriteria atau prinsip masing-masing. Demikian juga dalam melakukan pemberdayaannya maka seorang guru harus memperhitungkan aspek-aspek yang mendukungnya.
1.  Pemilihan Sumber Belajar, Meida dan Alat Peraga
a.  Pemilihan Sumber Belajar
Dalam pemilihan sumber belajar tergantung kepada (1) motivasi; (2) kemampuan guru dalam penggunaannya. Selanjutnya akan ditentukan berdasarkan :
1.   
1.    Program Pengajaran
2.    Kondisi Lingkungan
3.    Karakteristik siswa
4.    Karakteristik  sumber  belajar
Kelima hal tersebut harus menjadi patokan dalam memilih sumber belajar yang akan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
b. Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam pemilihan media pembelajaran harus dikaitkan dengan : (1) kompetensi dasar; (2) strategi pembelajaran; (3) sistem evaluasi yang digunakan. Prinsip Pemilihan media: a) Tujuan Pemilihan; b)karakteristik media; 3)alternatif pemilihan. Faktor yang perlu diperhatikan : 1) objektivitas; 2) program pengajaran; 3) Sasaran program (siswa); 4) situasi dan kondisi; 5) kualitas teknis; 6) keefektifan dan efesiensi penggunaan. Kriteria Pemilihan , mencakup:
1.    Topik menarik minat siswa.
2.    Materi dalam media penting bagi siswa.
3.    Relevan dengan kurikulum yang berlaku.
4.    Apakah materinya autentik dan aktual.
5.    Apakah fakta atau konsepnya benar.
6.    Format sistematis dan logis.
7.    Objektif orientasi kebutuhan siswa.
8.    Narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat kualitas.
9.    Bahasa, simbol dan ilustrasi cukup komunikatif.
10.    Sudah teruji daya dukungnya.
c.  Pemilihan Alat Peraga
Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran masa kini terutama jika melihat karakteristik KBK, yaitu mencakup:
1.    kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan  dilakukan oleh siswa;
2.    kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudian dalam perancangannya;
3.    kemudahan dalam penggunaannya;
4.    terjamin keamanan dalam penggunaannya;
5.    kemampuan dana;
6.    kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.
2. Pemberdayaan Sumber Belajar, Media dan Alat Peraga
Dengan ketersediaan ataupun hasil produksi, maka penggunaan sumber belajar, media dna alat peraga tidak hanya dilakukan begitu saja dari waktu ke waktu. Untuk itu perlu upaya pihak guru, sekolah, siswa, orang tua, komiter sekolah dan dewan sekolah untuk melakukan upaya-upaya pemberdayaan kearah yang lebih optimal. Hal ini sangat penting agar penggunaannya tidak monoton.
Asep Herry (2002), mengemukakan beberapa contoh upaya pemberdayaan sumber belajar yang mudah, murah dan efektif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, diantaranya :
1.    Barang Bekas (Babe), seperti bekas, bungkus rokok, korek api, kertas, kotak bungkus, dan sebagainya dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran seperti dalam melakukan pembekalan keterampilan dalam  menghias, menggunting, dan kerjasama.
2.    Realitas (sekolah, rumah , pemukiman), misalnya akan efektif dalam memberikan pengalaman tentang perjalanan siswa dari rumah smapai ke sekolah.
3.    Benda yang mempunyai nilai khusus, dapat digunakan untuk menyampaikan materi tentang perilaku, sikap dan moral peserta didik yang nilai-nilainya diambil dari perlakukan mereka terhadap benda-benda terebut.
Pemberdayaan sumber belajar, media dan alat peraga dapat dilakukan pada tahapan :
1.    diawal pembelajaran
2.    selama proses pembelajaran
3.    akhir proses pembelajaran
4.    di luar waktu pembelajaran
Dalam hubungannya dengan upaya memelihara sumber belajar, media dan alat peraga di sekolah, maka perlu dilakukan kerjasama antara , guru dengan Kepala Sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, pengawas akademis, supervisor, orang tua, dewan sekolah, bahkan siswa itu sendiri.


D.  PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN  SUMBER BELAJAR, MEDIA DAN ALAT PERAGA

Terdapat beberapa media sederhana yang dapat dikembangkan guru untuk kepentingan yang segera dipenuhi, misalnya  membuat media-media sederhana seperti poster,  ceritera bergambar dengan menggunakan foto, OHT, rekaman ceritera (pembelajaran melalui audio), papan planel dan sejenisnya. Berikut ini adalah contoh langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memproduksi beberapa jenis media sederhana.
1. Langkah Produksi Poster dalam Pembelajaran Ilmu Sosial
Dalam memproduksi sebuah poster, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a)objek sasaran; b)tempat penyajian; c)lama penyajian; d)perhatikan kata kunci dan simbol yang sesuai; e)harus mampu dibaca dengan singkat.
Langkah dalam membuat poster adalah sebagai berikut :
1.    Menetapkan rancangan isi : tema poster; tujuan khusus; pokok-pokok materi yang akan dituangkan dalam poster.
2.    Merancang gambar sketsa.
3.    Memperjelas/ memperbesar sketsa.
4.    Pemberian warna.
5.    Latering yang berisi pesan teks pada poster.
2. Langkah Produksi OHT
Langkah yang ditempuh mulai dari :
1)    membuat silabus pembelajran
2)    membuat sketsa tranfaran pada kertas
3)    membuat transfaransi dengan menuangkan kata-kata kunci dari materi pokok.
4)    Pembuatan bingkai, dengan berbagai teknik  penyajian:
•    Disclosure, yaitu oht dengan penyajian penutupan bagian yang belum dijelaskan serta meperlihatkan bagian yang sedang dijelaskan.
•    Overlays , yaitu oht dengan penyajian bagian demi bagian yang saling melengkapi dengan sistem tumpuk, dimulai dari bagian pokok materi (gambar –proses) kemudian dilengkapi dengan bagian gambar selanjutnya dari oht berikutnya hingga terbentuk gambar-proses yang lengkap.
5)    Penyimpanan tranfaransi dalam album bernomor.
Pada dasarnya masih banyak sumber belajar, media dan alat peraga sederhana yang dapat diproduksi  oleh kita. Dari uraian di atas kita dapat mencobanya secara lebih baik.





ASSESMENT KINERJA

A.    Pengertian Assesment

      Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.






1.      Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan.
2.      Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.
3.      Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.

C.    Tujuan dan Peran Assesmen Kinerja
    Menurut Popham tujuan asesmen kinerja adalah
1.      Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
2.      Memonitor kemajuan atau perkembangan siswa
3.      Menentukan level atau jenjang kemampuan siswa
4.      Mempengatuhi persepsi public tentang efektifitas pembelajaran
5.      Mengevaluasi kinerja guru dan menglasifikasi tujuan Pembelajaran yang dirumuskan oleh guru.

D.    Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
1.      Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2.      Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
3.       Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
   
E. Langkah Penilaian Kerja
1.      Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
2.      Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik (operasional) yang penting dilakukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil yang terbaik.
3.      Usahakan membuat kriteria kemampuan yang diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasikan selama siswa melaksanakan tugas.
4.      Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable)atau karakter produk yang dihasilkan.
5.      Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
6.      Periksa kembali apa yang telah dibuat dan kalau mungkin dibandingkan kriteria kemampuan yang sudah ada yang telah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

F.  Komponen Assesment Kinerja

Terdapat tiga komponen utama dalam assesment kinerja, yaitu tugas kinerja, rubric performansi, dan cara penilaian.
1.      Tugas Kinerja (Performance Task)
Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Contoh Tugas dalam Pembuatan assesment kinerja dalam bidang TI adalah sebagai berikut.
Lakukanlah penelitian sederhana mengenai gangguan worm terhadap pengaruh kinerja komputer dan keruasakan system yang diakibatkannya, lakukan kegiatan dengan melakukan survei kepada beberapa user komputer yang sering mengalami gangguan terhadap worm . Anda dapat memilih satu atau semua faktor yang memungkinkan worm tersebut dapat menginfeksi komputer :
1.      Internet
2.      Media penyimpanan data
Tugas ini meliputi :
1.      Pengembangan rancangan penelitian (termasuk proposal sederhana)
2.      Pengembangan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan data
3.      Pengumpulan data
4.      Analisis data
5.      Penulisan laporan penelitian
6.      Penyampaian laporan secara lisan dalam suatu seminar kelas
2.      Rubrik Performansi (Performance Rubrics)
Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu  performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Rubrik adalah kunci penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik.


Contoh rubric berdasarkan tugas kinerja diatas adalah
 sebagai berikut.

FORMAT PENSKORAN
ASSESMENT KINERJA

IDENTITAS MAHASISWA
Nama Siswa                     :
No Absen                        :
Kelas                                :

TUGAS YANG DIBERIKAN
Judul Tugas                     :
Tugas ke                          :
Tgl/jangka waktu tugas   :


Rubrik merupakan wujud assesment kinerja yang dapat diartikan sebagai kriteria penilaian yang bermanfaat membantu guru untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Sebagai kriteria dan alat penskoran rubric terdiri dari senarai yaitu daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk.

Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio


Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik tetapi merupakan sumber informasi untuk guru dan peserta didik. Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran kimia serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.Portofolio dapat memberikan bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaaan yang telah dilakukan peserta didik sehingga guru dan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya.

Portofolio dapat berfungsi sebagai alat untuk melihat perkembangan tanggung jawab peserta didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar, pembaharuan kembali proses belajar mengajar dan pengembangan pandangan peserta didik dalam belajar. Portofolio dapat digunakan sebagai alat pengajaran juga sebagai alat penilaian. Asesmen portofolio mengharuskan  peserta didik untuk mengkoleksi dan menunjukan hasil kerja mereka.  Dalam hal ini asesmen portofolio dapat dianggap sebagai salah satu alat untuk menilai secara otentik. Dalam penilaian portofolio peserta didik memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.

Assesment portofolio dapat digunakan sebagai alat formatif dan sumatif.

A.    Assesment portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksikan pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagnostik.
B.    Asesmen portofolio digunakan juga untuk tujuan penilaian sumatif pada akhir semester atau pada akhir tahun pelajaran. Hasil asesmen portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka raport peserta didik yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran kimia. Selain itu, tujuan penilaian dengan menggunakan portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.

Jenis-jenis Portofolio

Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi maksud dan
konteks pendidikan. Tidak ada satu ‘portofolio’ terdapat berbagai portofolio (Foster and
Masetr, dalam Klenowski, 2002). Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, menurut
Klenowski (2002) portofolio dapat dibagi menjadi:
 1) portofolio untuk tujuan sumatif,
2) portofolio untuk sertifikasi dan seleksi,
3) por tofolio untuk tujuan penilaian dan promosi,
 4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran,
 5) portofolio untuk tujuan pengembangan profesional

Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan
tanggung jawab  siswa terhadap kerjanya  dan bagaimana guru membantu siswanya,yaitu antara lain sbb:
1.   Portofolio Semua Hal  (The Everything Portfolio) 
Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya
siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas,  semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis
ini bukan merupakan tujuan utama. Gu ru menggunakan portofolio jenis ini untuk
mengevaluasi kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio
jenis ini untuk sebagai bahan pertemuan antara  guru, siswa, dan orang tua atau antara
guru dengan siswa. Secara umum, portofolio  ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa
dalam berbagai tingkat pencapaian kompetensi, jadi cenderung sumatif.  
2.   Portofolio Produk (The Product Portfolio) 
Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu t opik atau produk. Siswa
memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini
menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari,
dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya  untuk menuntaskan topik tersebut, dan
dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi
portofolio ini berupa pertemuan antara guru  dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat
memberikan umpan balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif
bagi siswa.  Guru memilih karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan
karya terbaiknya. Informasi dari penjelasan  guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan portofolio selanjutnya.
3.   Portofolio “Pameran”  (The Showcase Portfolio) 
Di dalam portofolio “pameran” atau protofo lio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu
topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan
alasan rasional unt uk tiap seleksinya. Sisw a diingatkan untuk tid ak sekedar memasukkan
karya yang dinilai baik oleh guru, akan te tapi harus pula mempertimbangkan audien dan
tujuan portofolio itu. Di dalam evaluasi  portofolio, guru melakukan pertemuan dengan
siswa, dan guru memberikan umpan balik  sumatif terhadap produk siswa serta umpan
balik formatif tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya. 
4.   Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio) 
Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam portofolio  jenis ini, guru merumuskan
daftar tujuan atau pernyataan  tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan
5 .karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut.  Portofolio
jenis ini sebaiknya tidak dibatasi  pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan
kinerja siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan
tujuan atau kualitas kinerja yang diminta. Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan
siswa dalam menganalisis tujuan, merevi u kemungkinan karya, menyeleksi contoh
terbaik dari keterampilan yang diminta dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi
karyanya. Untuk setiap tujuan yang tela h dituntaskan, guru memberikan umpan balik
kualitatif individual. Untuk  tujuan yang belum dituntaskan, guru memberikan umpan
balik formatif yang memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang tujuan tersebut.  

Portofolio dalam penilaian dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:

1.    Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
2.    Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
3.    Meningkatkan proses efektivitas pengajaran
4.    Bertukar informasi dengan orang tua/ wali peserta didik dan guru lain.
5.    Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri secara positif pada setiap peserta didik.
6.    Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.

Adapun tujuan assesment portofolio menurut Gronlund dalam Nahadi dan Cartono adalah sebagai berikut:
1.    Kemajuan siswa dapat terlihat jelas.
2.    Penekanan pada hasil belajar terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3.    Membandingkan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar daripada membandingkan dengan milik orang lain.
4.    Keterampilan assesmen sendiri mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.
5.    Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum)
6.    Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang  kemajuan belajar siswa bagi dirinya, orang tua, atau lainnya.

Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses. Portofolio dapat berisikan laporan kegiatan praktikum yang diikuti siswa, tugas-tugas proyek, tugas-tugas individu atau kelompok dan lain-lain. Fungsi assesmen portofolio menurut Berenson dan Carter antara lain sebagai berikut:
1.     Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu.
2.    Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.    Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.    Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.

Sedangkan menurut Erman (2003) manfaat portofolio akan memupuk kebiasaan siswa dalam bertindak cermat melalui pengumpulan bukti hasil kerja dan karangannya serta akan tergugah kesadarannya bagaimana seharusnya belajar yang benar sesuai dengan konsep belajar secara simultan akan terakomodasi. Fungsi portofolio menurut mata pelajaran tertentu serta pertumbuhan peserta didik. Asesmen portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, diantaranya:
1.    Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu.
2.    Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.    Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.    Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
5.   
Dari kedua jenis asesmen portofolio tersebut dalam pelaksanaannya asesmen portofolio terbagi kedalam beberapa bentuk instrumen eavaluasi atau tes. Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut:
1.    Cacatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan dan lembar rekaman kejadiannya.
2.    Ceklist atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
3.    Skala penilaian yang mencatat isyarat tujuan kemajuan perkembangan siswa.
4.    Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
5.    Tes skrinning yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, dan laporan kegiatan lapangan.

Fungsi penilaian fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan KBM

Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer (1995:184) berikut ini.
1.    Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
2.    Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
3.    Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.
4.    Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut.
1.    Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.
2.    Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3.    Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
4.    Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik
5.    Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum).
6.    Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut:
1.    Portofolio menyajikan atau memberikan: “bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas.
2.    Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik.
3.    Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa.
4.    Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa.
5.    Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6.    Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atau bervariasinya gaya belajar siswa.
7.    Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar.
8.    Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
9.    Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
10.    Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11.    Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan